*Soegianto Mundur, Ruchiyat Mulai Melunak*
Bagian II dari 3 tulisan
AKSI Himpunan Mahasiswa Pemuda Pelajar Mahasiswa Inhu (HIPPMI) yang tergabung dalam Aliansi Reformasi Inhu (ARI) terhadap Pemkab Inhu rupanya membawa perubahan besar dalam dunia perpolitikan di kabupaten Inhu.
Tuntutan ARI direspon. Ketua DPRD Inhu dari Fraksi TNI/Polri SOEGIANTO mundur dari jabatannya. Bupati Inhu Ruchiyat Saefuddin mulai bersih-bersih di Bumi Gerbangsari itu.
ARI lega, salah satu tuntutan mereka dipenuhi. ARI melakukan syukuran sederhana di Wisma Narasinga, tempat mereka menginap. Cukup dengan nasi ramas yang sengaja dibeli oleh SYARIFUL ADNAN alias JANG HITAM dengan Honda Tornado BM 5184 BB.
Ternyata nasi yang dibeli JANG HITAM ini kurang, NUZUL dengan astrea star BM 5132 AA membeli nasi tambahan di rumah makan di Jl. Beringin – Gobah. Bagi mahasiswa nasi bungkus waktu itu sudah mewah. Sebab, di Wisma NARA SINGA mereka hanya makan Indomie dan buah papaya yang ada di belakang wisma tersebut.
Fara Dangka alias GEPENG– mahasiswa UNRI asal PANGIAN yang sering mencuri buah papaya itu bersama Jang Hitam untuk dimakan. Begitu susahnya perjuangan waktu itu walau setiap malam tidur di kasur empuk Wisma Nara Singa.
Soegianto digantikan oleh SUDIRMAN M. KASS, BA dari Partai Golkar. Pria berpenampilan sederhana kelahiran Sentajo ini, mendapat dukungan penuh dari anggota DPRD Inhu, terutama yang berasal kecamatan calon Kabupaten Kuantan Singingi.
Sudirman M.Kass punya andil besar dalam mendukung perjuangan Kuantan Singingi menjadi Kabupaten. Bersama anggota DPRD Inhu asal Kuantan Singingi lainnya seperti Sukarmis, H. Mansyur Furdi, Drs. H. Syariful Anwar, Syaifullah Arianto alias Yan Tembak dan lainnya. Mereka memperjuangkan Kuantan Singingi jadi Kabupaten. Dan, perjuangan mereka tidak sia-sia.
*YAN TEMBAK* termasuk wakil rakyat yang paling vokal memperjuangkan terbentuknya Kuantan Singingi sebagai Kabupaten. Saking vokalnya, oleh rekan-rekannya sesame anggota DPRD dia digelari SINGA KUANTAN. Aumannya keras, bicaranya lantang, ceplas ceplos, dan tanpa tending alang-aling.
Ibarat sendiwara, Yan Tembak adalah PAMERAN UTAMA dengan Sudirman M. KASS dan Syariful Anwar sebagai SUTRADARA dan ASISTEN SUTRADARA. Mereka menguasai “panggung” DPRD Inhu kala itu. Mungkin factor umur yang masih muda, darah mudanya selalu bergejolak.
Kevokalan Yan Tembak sulit ditandingi. Sayang tak banyak di antara wartawan yang berani mengutip pendapatnya untuk dimuat di media tempat mereka bekerja.
Seorang teman perjuangan semasa di ARI mengibaratkan Yan tembak sekarang seperti ROCKY GERUNG yang berani mengeritik pemerintahan JOKOWI dengan jargon DUNGU-nya yang sangat terkenal itu.
Darah politik memang mengalir dalam diri Yang Tembak – terutama dari orang tuanya. Ayah Yan Tembak ketika masih hidup tidak pernah lepas dari radio. Bahkan diusia tuanya, radio itu menjadi teman akrabnya selain cucunya sendiri. Bagi kami, orang tua Yan Tembak ibarat kamus berjalan, dia tau perkembangan dunia karena rajin mendengar radio.
Kendati pendengarannya sudah mulai berkurang karena factor “U”, radio kesayanganya itu selalu menempel dekat telinga orang tua Yan Tembak itu. Saya pernah menyaksikan itu.
*Ruchiyat melunak*
Lalu bagaimana dengan sang Bupati RUCHIYAT SAEFUDDIN, ketika Soegianto mundur, dia mulai melunak. Pernyataan di media cetak pun mulai melunak. Tak segarang ketika menanggapi aksi ARI waktu demo. Tak ada lagi pernyataan Ruchiyat yang menyebut: AKSI MAHASISWA LEBIH DASYAT DARI DESINGAN PELURU.
Pimpinan Redaksi SERANTAU terbitan Pekanbaru, INDRASAL menulis satu halaman penuh tentang tanggapan Ruchiyat terkait aksi demo yang dilakukan mahasiswa yang tergabung dalam ARI tersebut. Indrasal adalah birokrat di UNRI Pekanbaru dan wartawan senior yang pernah dimiliki Kuansing.
Lahir di Desa Pulau Aro, Kecamatan Kuantan Tengah tahun 1958. Indrasal meninggal mendadak beberapa tahun lalu kena serangan jantung di tempat dia mengabdi di Kampus UNRI Panam Pekanbaru.
Selain Indrasal, wartawan yang sering memberitakan perjuangan pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi adalah URDIANTO asal Paboun, Kecamatan Kuantan Mudik. APRIADI (Ketua Ikatan Pemuda Mahasiswa Kuantan Singingi) dan MARDIANTO MANAN alias MM sering menjadi langganannya menjadi narasumber dikalangan mahasiswa dan pemuda.
MM adalah narasumber yang pendapatnya selalu muncul di harian Pekanbaru Pos. Sayang pernyataan MM itu seringkali tak dimuat karena sipembuat berita ketakutan pimpinan media tempat dia bekerja tak akan memuatnya.
Saya mengibaratkan MM dulu seperti KAMARUDDIN SIMANJUNTAK, panasehat Hukum JOSHUA dalam kasus SAMBO. Urat takutnya sudah hilang. Kata JANG HITAM - MM hanya takut pada seseorang yang saat itu masih kuliah di UGM JOGJA yang sekarang menjadi istrinya.
MM juga tanpa takut juga mengkritisi Ruchiyat. Bersama “Tentara” IPERPA Jang Hitam, Nardi T Usman, Marwan Wan Palosu, Budi Pulau Dore, Gepeng mereka membakar rumah bordil di PANGIAN.
MM dulu dengan sekarang tak jauh beda. Berat badanya dari dulu sekitar 50 Kg. Cuma rambutnya yang mulai beruban seiring usianya yang sudah bekepala 5.
Pernyataan MM, Yan Tembak dan tokoh masyarakat Inhu yang tergabung dalam FKTC rupanya membuat Ruchiyat luluh juga. Besi kalau sudah kena api akan hancur juga.
Ruchiyat pernah memberikan bantuan untuk perjuangan kepada FKTC Inhu di Pekanbaru uang senilai Rp 1 juta yang dititip sama BUSTAMAM ALI. Mungkin karena kesibukan Pak Bustamam belum sempat menyerahkan bantuan itu sama Bpk ABBAS JAMIL selaku Ketua FKTC Inhu.
HELFIAN HAMID waktu menyerahkan dulu uang pribadinya pada Abbas Jamil. Apakah uang Helfian itu diganti oleh Bustamam Ali? Saye pun tidak tahu karena dia bertugas di Kab Inhu sebagai Kadis Peternakan.
Honda Wing Bang Bakar
Dalam buku sejarah Pembentuan Kuantan yang saya baca, namanya tenggelam. Padahal dalam surat surat yang dikirim panitia pemekaran Kabupaten Kuansing dari Pekanbaru nama beliau tercantum dalam deretan surat yang dikirim ke Inhu.
Melalui ABUBAKAR - PNS Inhu yang bertugas di mess Inhu di Gobah, surat untuk pejabat Inhu asal Kuantan Singingi dititip. Bang Bakar asal Desa Tebarau Panjang ini dengan setia mengantar dan menitip surat melalui travel atau pegawai Inhu yang pulang ke Rengat.
Honda Wing Bang Bakar lah yang menjadi saksi semua itu, Wing itu pula sering dipinjam M. DUNIR mahasiswa IAIN asal Kecamatan Kuantan Mudik ketika mengantar surat. Dunir pernah menjadi anggota DPRD Riau dari PKB. Jika Honda Jang Hitam dan Nuzul dipakai atau rusak, Honda Wing Bang Bakarlah yang sering dipinjam untuk mengantar surat.
Bang Bakar juga sering menjadi “korban” kejahilan kedua orang ini. Hondanya dipinjam, duitnya juga diminta untuk beli bensin dan nasi bungkus. Tapi Bang Bakar tetap tersenyum. “Saya mau marah sebenarnya tapi melihat kalian taka da duit saya tak tega juga,” begitulan selalu Bang Bakar menasehati mahasiswa yang sering minjam Honda Wingnya.
Bang Bakar, jasamu tak mungkin dilupakan. Walau namamu tak ada dalam buku sejarah Kuansing itu.
Kenapa hanya Mahdili, Sudirman M.Kass, Bustamam Ali, Sukarmis, Mansyur Furdi, Syariful Anwar dan lainnya yang masuk dalam buku itu dari Inhu…………?
Rasanya hati ini sedikit terobati di deretan pendiri masih tercantum nama Drs. RAFLES dan SUHENDRI - PNS di Kantor Bangdes Riau dan Kantor Gubernur Riau yang secara sukarela menyisihkan gajinya untuk kami setiap mengantar surat ke kantornya.
Walau jumlahnya tak seberapa - tapi bagi kami sangat berarti untuk beli nasi ramas di jl. Beringin tak jauh dari Kandep P dan K Pekanbaru yang merupakan secretariat dari pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi.
Rafles asal Desa Teratak Air Hitam adalah Arsiparis terbaik dan mungkin masih menyimpan data perjuangan pendirian Kabupaten Kuanan Singingi hingga kini. Dari kantor beliau juga banyak sumbangan kertas untuk print surat undangan.
Yang menyusun buku sejarah pendirian Kuantan Singingi sebagai kabupaten jangan lupakan sejarah- jangan karena orang itu pernah oposisi dengan Bupati Kuantan Singingi masa lalu seperti dengan H. Sukarmis dan Mursini peran mereka dilupakan…. (bersambung…)
Sumber:
WAG LAMR-KS, dishare atas izin Urdianto Paboun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar