Kamis, 26 November 2009


Kupersembahkan
Karya kecil ini untuk Kekasih Hati Pujaan Jiwa
Sadarisnah M Putisidarwanis

“Rona-Rona Cinta”
Cinta adalah kejujuran, ketulusan, dan kesetiaan. Cinta sejati adalah kesucian yang harus dijaga. Cinta semestinya berhulu iman, bermuara taqwa dan kebersihan jiwa
(Ibnu Hazm El Andalusy)

Cinta kasih yang kekal dan abadi adalah cinta kasih yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu
(Pebri Mahmud Syam)

Yang terpenting dalam mencintai seseorang adalah kesesuaian jiwa atau kecocokan bathin, sedangkan yang lainnya adalah bonus
(Sadarisnah M Putisidarwanis)

Cinta berjalan dihadapan kita dengan mengenakan gaun kelembutan tetapi sebagian kita lari darinya dalam ketakutan, atau bersembunyi dalam kegelapan dan sebagian yang lain mengikutinya untuk melakukan kejahatan atas nama cinta
(Kahlil Gibran)

Jika kita menghijrahkan cinta dari jatuh cinta menuju bangun cinta maka cinta menjadi sebuah istana, tinggi mencapai surga
(Salim A. Fillah)

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir
(QS. Ar Ruum (30): 21)


Getaran Cintaku Bermula dari Kejujuran sebuah Foto
“Sudah lelah jiwa ini berpetualang, sudah terlalu jauh jalan yang ditempuh, sudah terlalu lama waktu yang terpakai, sudah banyak hati yang dipinang, namun pelabuhan cinta belum juga datang”. Inilah ungkapan yang terlahir dalam jiwaku ketika aku melangkah meninggalkan tanah kelahiran menuju kota Yogyakarta di bulan April 2009. Sebagai seorang lelaki, aku hanya bisa menyembunyikan perasaan yang hampa, namun lisan tetap merangkai kata-kata optimis pada sang ibu “Mak…hari ini aku berangkat ke Jogja, menjemput angan, melangkah menetapkan pilihan untuk hari esok yang penuh asa, cita dan cinta”. Dalam perjalanan ke tanah Jawa, pikiran berkecamuk, pesan-pesan ayah menjelang wafatnya kembali terngiang-ngiang ditelinga “Nak…mulailah memikirkan dan merencanakan untuk berumah tangga, pilihlah wanita karena agamanya yang kuat, prinsipnya yang teguh, jangan memilih karena rayuan syahwat dan buaian dunia” lamunanku tersentak ketika panggilan untuk para penumpang agar masuk ke pesawat udara di Bandara Udara Sultan Syraif Kasim II Pekanbaru. Hari itu aku kembali menghirup udara segar kota Yogyakarta yang dijuluki sebagai kota pelajar.
Awal juli 2009, sambil menunggu tatap muka perkuliahan aku dan teman-teman mahasiswa pasca yang lain selalu berselancar didunia cyber. Disamping browsing bahan-bahan kuliah, aku juga tidak mau ketinggalan dengan membuat jaringan sosial facebook yang sedang booming saat itu. Secara tak sengaja aku menemukan foto seseorang yang tersenyum manis, berjilbab coklat, berbaju putih dengan tas yang diselempangkan dibahunya. Lama aku tatap foto itu, dalam hatiku mengalir getaran gelombang cinta. Foto itu juga merangkai pesan-pesan tanpa kata lalu mengirimkannya kedalam jiwaku yang kosong tanpa cinta. Hati terasa tentram melihatnya, jiwa melayang dalam angan “engkaulah wanita yang diutus untuk menemaniku dalam mengarungi samudra kehidupan”. Hari-hari berikutnya aku selalu menatap foto itu, setiap aku melihatnya seakan-akan foto itu bicara, dengan kejujurannya menyampaikan pesan dalam bathin bahwa aku sedang menunggumu disuatu tempat. Aku belum tahu siapa orangnya, aku belum bisa melihat profilnya karena dia belum menjadi temanku, yang aku tau hanya namanya yaitu “eris_mp”. Tak lama kemudian aku kirimkan permintaan pertemanan kepadanya.
Sebagai teman baru di fb, aku tidak terlalu berani untuk memberikan komentar di wall nya, pertama yang aku kirimkan sebuah catatan “lelaki saleh kekasih wanita salihah” tulisan itu adalah sebagai berikut:
Cinta kasih antara manusia yang yang berbeda jenis adalah salah satu ayat di antara ayat-ayat kekuasaan Allah. Cinta kasih ada semenjak manusia pertama diciptakan dengan pasangannya. Dan seiring dengan pertambahan jumlah anak manusia, cinta kasih mengikutinya, melekat erat dalam relung jiwa makhluk termulia ini.
Cinta kasih melahirkan rasa ingin memiliki pasangan yang dikasihinya. Dalam tradisi manusia, seorang pria ingin menikahi wanita yang dikasihinya, atau sebaliknya wanita yang dikasihi ingin dinikahi oleh pria pujaannya. Sedemikian dahsyat kekuatan yang ada dalam cinta, hingga aral melintang yang menghadang akan diterjangnya.
Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Pasangan yang satu menjadi kekasih pasangannya. Allah menjodohkan orang-orang musyrik laki-laki untuk orang-orang musyrik perempuan. Allah menciptakan wanita jahat untuk lelaki jahat pula. Allah menjodohkan mukminin untuk dijodohkan dengan mukminat dan Allah menciptakan wanita-wanita salihah sebagai jodoh para lelaki salih.
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukminah lebih baik dari pada wanita musyrik walau dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukminah) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari pada orang musyrik walaupun dia menarik hatimu” (Al-Baqarah:221).
Lelaki mukmin tidak patut berjodoh dengan wanita musyrik. Mukminah yang cantik menarik masih banyak, yang menawan hati tak terhitung. Kurang apa Allah menyiapkan bagi kaum lelaki salih ini?
Suatu kisah sahabat Rasulullah, Martsad al-Ghaznawi yang diutus oleh Rasulullah saw ke Mekah untuk membebaskan orang Islam yang ditawan Quraisy.Setelah urusan selesai, ia berjumpa kembali dengan Inaq kekasih lamanya. Inaq merayu terus agar Martsad sudi melanjutkan hubungan percintaan dengan dirinya. Namun Martsad menjelaskan bahwa dirinya sudah bukan yang dulu lagi. Ia sudah memeluk Islam yang mengatur aturan laki-laki dan perempuan secara terinci. Namun ia berjanji akan menyampaikannya kepada Rasulullah tentang hal tersebut; apa boleh ia menikahi Inaq yang masih musyrik, maka turunlah ayat Al-Baqarah 221 di atas.
Disi lain, Abdullah bin Rawahah, sahabat yang gagah lagi pemberani, menempeleng budak perempuannya yang hitam legam, tetapi amat salihah. Setelah menempeleng, timbul rasa sesal dalam hatinya. Ia akhirnya tergerak untuk memerdekakan sekaligus mengawininya sebagai kafarat perbuatannya. Niat Abdullah bin Rawahah ini di puji oleh Rasulullah saw.
Tetapi setelah rencana itu dilakukan, banyaklah desas-desus yang menggunjing Abdullah bin Rawahah, bahwa tidaklah patut orang sekelasnya menikahi budak hitam sementara gadis-gadis banyak yang mau dinikahi oleh beliau. Maka turunlah ayat ini yang membenarkan sikap Abdullah bin Rawahah.
Allah juga menegaskan, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk wanita yang keji pula. Sementara wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula” (QS. An-Nur: 26).
Sangat jelas petunjuk yang dibawa ayat ini. Tidak harus sarjana Perguruan Tinggi yang bisa memahaminya. Asal punya pikiran, mereka yang tak ‘makan’ sekolah pun dapat mengerti maksudnya. Adalah amat langka lelaki salih bergandeng dengan wanita keji (dan seharusnya tidak boleh terjadi). Jika pun terjadi, maka ini suatu musibah besar karena berlawanan dengan fitrah insani sekaligus bertentangan dengan petunjuk Allah SWT. Sebab itu, surat an-Nur ayat 26 di atas menyapu kebohongan berita dusta yang dialamatkan kepada Aisyah, Ummul Mukminin bahwa ia telah selingkuh dengan Sofwan bin Mu’aththal. Ketika itu peristiwa fitnah keji telah menjadi buah bibir kaum muslimin di Madinah. Sebulan penuh Rasulullah saw merasa bingung dan bimbang dengan kasus yang ditujukan kepada Aisyah hingga akhirnya Allah menurunkan ayat di atas yang menolak berita bohong itu. Sebab, lelaki salih (Rasulullah saw) tidak mungkin bersanding dengan wanita jelek. Dengan begitu, jelas pula bahwa Aisyah adalah wanita yang sangat salihah karena ia bersanding dengan lelaki paling Salih.
Orang yang kotor adalah orang yang hatinya kosong dari iman. Karena itu, hatinya dipenuhi oleh sifat dengki, dendam, benci dan segudang penyakit hati lainnya. Tidak ada yang mengendalikan dirinya untuk berbuat baik hingga yang keluar adalah kekotoran hati menjadi kekotoran perbuatan.
Jika lelaki salih telah menemukan wanita salihah sebagai pasangannya, maka bahtera rumah tangga tidak mempunyai tujuan lain selain melaksanakan perintah Allah dan menegakkan syari’at-Nya di muka bumi seraya menjauhi larangan Allah SWT sejauh-jauhnya. Inilah gambaran yang dilukiskan dengan indah oleh Allah SWT:
“Orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul Nya. Mereka itulah yang akan dikasihi oleh Allah SWT. Sesungguhnya Allah Mahagagah lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah:71).
Lelaki salih dan wanita salihah akan beroleh rahmat, rasa tentram, mawaddah wa rahmah dalam arungan rumah tangganya. Sekali-kali mereka tidak akan menerima nikmat kecuali mereka mensyukurinya dan tidak di uji melainkan mereka bersabar menerimanya. Sungguh kehidupan yang indah. Surga dunia mengitari hari-hari mereka seperti aroma wangi mengitari kasturi.
Perjodohan dan kasih sayang lelaki salih – wanita salihah tidak sebatas di dunia, tetapi akan berlanjut hingga ke surga. Inilah cinta abadi yang sesungguhnya yaitu “cinta yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu”.
Lelaki salih atau istri salihah tidak dibatasi oleh usia. Dalam Islam jodoh tidak terikat usia. Asalkan ia salih-salihah bolehlah berjodoh meski terpaut jauh umurnya. Seumpama Nabi dengan Khadijah atau Nabi dengan Aisyah. Tuntunan ini menafikan anggapan bahwa jodoh yang baik adalah sebaya usianya atau setidaknya yang berdekatan. Ini pendapat yang salah dan merepotkan.
Demikian pula kaya miskin tidak menjadi ukuran salih-salihah nya seseorang. Pendidikan formal sekalipun tidak mengantarkan atau menghalangi seseorang menjadi salih-salihah atau tidak. Pendek kata, karakter tersebut anugerah Allah SWT yang diberikan kepada hamba-hamba Nya setelah Dia melihat mereka bermujahadah sekian waktu lamanya.
Allah sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang salih. Allah akan membalasnya dengan balasan yang lebih baik lagi dari amal-amal yang pernah dilakukannya. Kebaikan pertama dalam kehidupan adalah bersanding dengan wanita salihah. Untuk melihat betapa bahagianya lelaki salih yang mendapat wanita salihah, kita dengarkan sabda Rasulullah saw, “barang siapa dianugrahi oleh Allah wanita salihah, maka berarti ia telah memegang separuh agama. Maka bertaqwalah kepada Allah atas separuh yang lain” (HR. Hakim, Thabrani, Baihaqi dari Anas).
Benar kata para ulama bahwa istri salihah adalah syarat kebahagiaan hidup, sebab ia bisa penyejuk hati dan penentram jiwa. Ia juga berperan sebagai pembangun umat dan bangsa. Ditangannya pula, generasi-generasi berkualitas akan bermunculan disetiap zamannya. Rasulullah bersabda “Tiga kebahagiaan anak Adam dan tiga kesengsaraan anak Adam. Tiga kebahagiaan itu adalah istri yang salihah, rumah yang asri dan kendaraan yang bonafide. Dan tiga kesengsaraan anak Adam itu adalah istri yang buruk akhlaknya, rumah yang tidak layak dan kendaraan yang rewel” (HR. Ahmad dan Thabrani dari Sa’ad bin Abi Waqas).
Kehidupan yang baik tidak identik dengan kesuksesan-kesuksesan saja. Atau kemenangan yang terus menerus tanpa kekalahan. Atau kemuliaan yang satu dan diikuti oleh kemuliaan-kemuliaan berikutnya. Tidak… Bahkan kehidupan yang baik terkadang berupa sesuatu yang tampak menghinakan semisal Musa as. yang terpaksa menjadi murid Khidir.


Ya…itulah catatan di fb yang aku buat dan Eris_mp sebagai salah satu teman yang aku tandai dalam catatan itu. Waktu terus berjalan, aku dan dia telah akrab didunia maya hampir setiap hari mengirimkan pesan dan berkomunikasi atau “chating” di Yahoo Masenger. Suatu waktu aku mengatakan “kita memiliki kecocokan dan kesesuaian, kita akan bisa bekerjasama secara baik dalam suatu tim” “masa sich…” kata Eris, “iya…kalau nggak percaya lihat aja nanti”. Aku dan dia juga menceritakan kisah hidup masing-masing termasuk cerita cinta. “08126802628, ini nomor hp ku silahkan di miscall atau sms bila perlu” kataku dalam chating. Lama kutunggu sms atau setidaknya miscall dari dia, akhirnya suatu malam ku terima sebuah sms “apa kabar jogja?? Eris”. Hampir setiap hari aku dan dia berkomunikasi bercerita tentang berbagai hal, dan akhirnya berjanji untuk bertemu di kampung halaman untuk merajut sebuah persahabatan dari dunia maya ke dunia nyata.
Awal September 2009 aku kembali pulang ke tanah kelahiran untuk berhari raya bersama keluarga dan handai tolan. Sebagai seorang pemuda yang sudah patut untuk menikah, keluarga dan orang-orang yang selama ini memberikan perhatian kepadaku berusaha untuk membantuku dalam menemukan teman hidup. Ada yang memintaku secara terang-terangan untuk dijadikan menantu, ada yang menjodohkan aku dengan orang yang pantas menurut pandangan mereka, bahkan ada juga yang memaksaku untuk meminang seorang perempuan. Semua perhatian dan kepedulian mereka aku sambut baik, dan aku yakin semua yang mereka lakukan itu sebagai bukti kasih sayang mereka kepadaku. Namun upaya yang dilakukan mereka tidak membuahkan hasil. Apakah aku kecewa? Tidak..karena itu bukan keinginanku, dan aku yakin Allah sudah mempersiapkan teman hidup bagiku.
Setelah suasana idul fitri memudar dan perhelatan budaya usai, aku teringat dengan sebuah janji untuk bertemu dengan seorang sahabatku didunia cyber yang sebelumnya sempat bertemu disebuah mesjid ketika pesta budaya manjalang mamak, walaupun pertemuan yang tidak beberapa menit karena aku juga disibukkan dengan kegiatan perahu baganduang di Lubuk Jambi. Akhirnya tanggal 30 September, setelah terjadi gempa yang menggoncang Sumatra Barat dan sekitarnya, aku bersilaturrahmi dengan dia dirumah kediamannya di Benai Kecil. Pertemuan itu tak ubahnya seperti dua orang sahabat yang sudah lama tidak bertemu, berbincang-bincang berbagai persoalan hidup dan kehidupan, pertemuan itu terkesan serius.
Seiring berjalannya detak waktu, getaran cinta yang terdorong dari dalam jiwa yang pernah ada ketika mengurai makna dari sebuah foto kembali hadir dalam mata air sanubari. Mata air cinta itu terus meluap dan mengalir yang memecah kesunyian belantara jiwa, berliku-liku mengikuti aliran sungai nurani, menuruni lembah melewati celah-celah batuan nafsu, yang akhirnya mengalir tenang ke muara cinta yang terbingkai dalam kasih sayang berasas takwa “watawa saubissabri watawa saubil marhamah”. Pada hari Minggu, 15 Nopember 2009 di Jembatan Udara Bandar Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru kami menyatu dalam asa, akan bersama meraih cita, menghijrahkan cinta dari jatuh cinta menuju sebuah istana cinta yang menjulang tinggi mencapai sorga, dalam ikatan perkawinan yang suci mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah.

Antara Pekanbaru dan Yogyakarta, 15 Nopember 2009
Hari-hari yang mengharu biru dalam perjalananku
Pebri Mahmud Syam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar