Kamis, 18 Desember 2008

Untukmu Indonesiaku

Wahai Negeriku….
Tak ada lagi air mata ini untuk menangisimu
Tak sanggup lagi lisan ini menjerit
melihat kebejatan moral anak bangsa ini yang durhaka kepadamu
Tak sanggup lagi hati ini merintih
tersayat-sayat sembilu zaman yang kian ganas
ingin ku pejamkan mata ini
ingin kututup rapat-rapat mulut ini
ingin ku mengasingkan diri
di tengah belantara zamrud khatulistiwamu
namun kudapatkan paru-paru dunia yang selama ini
menghiasi segarnya nafasmu telah rusak binasa
terserang virus ganas kanker illegal loging yang mematikan.

Wahai Indonesiaku!
Apa yang harus aku katakan?
ketika aku kehabisan kata-kata,
Apa yang harus aku lakukan?
Ketika aku tak mampu lagi berbuat,
Diam……membisu?
Ah…tidak….diam berarti putus asa.

Kucoba memutar otak, untuk mencari jalan keluar
dari kemelut bangsa dan kemelut bathin yang tak berujung.
Seiring berjalannya detak waktu,
terus kucari dan kucari jalan tembus
yang ketemu hanya jalan buntu sesak dan rumit.
Kucoba menarik diri untuk kembali diam….
diam seribu bahasa….
Dalam diam bathin bergoncang,
kulihat perang sedang berkobar,
tiga pasukan sedang bertempur,
pasukan akal, pasukan hati, dan pasukan syaitan.
Kuturuti perintah dan desakan hati
untuk menguntai kata-kata
menghimpun yang terserak
menyusun yang terberai
memungut yang tercecer
menganyam yang telakar

ku persembahkan karya kecil ini sebagai baktiku,
jika setetes jadikanlah laut,
jika sekapal jadikanlah gunung,
ini semua sebagai tanda kasih sayangku padamu…

Bangunlah…bangkitlah wahai ibu pertiwi
aku yakin dalam rahimmu
masih ada anak bangsa yang punya hati,
iklash berbakti dan rela mengorbankan harta,
jiwa dan raga demi kemakmuranmu
yang akan membelai mesra wajahmu yang lelah
yang akan memeluk erat tubuhmu yang rapuh

Wahai Ibu….wahai ibu Pertiwi
Lahirkanlah Ksatria setangguh Patih Gajah Mada,
Cerdas semisal Prabu Dharmaswara
Tangkas semisal Putra Sulung Batara Indra
Berani semisal Senapati Perang Sunan Lawu
Baik hati semisal Putra Tunggal Sunan Muria
Lahirkanlah wahai ibu Raja tanpa Mahkota itu
Yang gagah tampan, berwajah penuh senyum dan kharismatik
Berpusakakan Kun Fayakun, watak tegas dan bersahaja
Wahai ibu…Kami menunggu hari persalinanmu,
Melahirkan Ksatria Pinandita Sinisihan Wahyu,
yang pernah engkau bisikkan pada telinga Prabu Jayabaya,
untuk mewujudkan:
“Baidatun Taibatun wa Rabbun Ghafur
gemah ripah loh jenawi tata tentrem kerta raharja”

2 komentar:

  1. banyak skali janin pemimpin di rahim ibu pertiwi
    tapi tak ada bidan yang mau membantu persalinannya...
    hakhakhak
    bak apo dek abang nye du?

    BalasHapus
  2. Masih banyak bidan yang mampu menolong kelahiran calon pemimpin, tapi kebanyakan lahir prematur....hakhakhak..
    bak po dek kawan nye du?

    BalasHapus